Friday, August 7, 2009


MENUJU MANUSIA TEATER YANG KREATIF

Oleh Hermana HMT

Imajinasi adalah kemampuan menciptakan imago, image, atau citra, namun sekaligus juga kondisi ketergantungan manusia kepada citra. Akal dan pikiran manusia bukan saja sangup menciptakan citra-citra yang dibutuhkannya, tetapi juga mutlak membutuhkan citra-citra tersebut sebagai tempat menggantungkan pengertian dan tanggapannya. (Ignas Kleden)
Pada umumnya manusia akan berusaha menghindar dari berbagai penderitaan yang akan menerpa dirinya. Ia akan mencari kesempurnaan hidup, yang senantiasa bisa mengiringi entitasnya, walau kenyataan hidup menunjukan, bahwa pada dasarnya manusia tidak ada yang sempurna. Tapi bersama kekuatan pikirannya ia akan terus bereksplorasi dan bereksplorasi lagi demi memperjuangkan eksistensinya. Menunjukan, aku ada karena aku membuatku ada, aku bisa karena aku membuatku bisa. Bersama itulah kesempurnaan sebagai manusia akan nampak, meski hanya sekedar mendekati kesempurnaan.
Manusia hidup selalu dihadapkan dengan pilihan-pilihannya, dan pilihan itulah yang akan membawa dirinya. Manusia akan bertanggung jawab atas hidupnya, apakah dirinya ingin hidup penuh kebahagiaan atau asik berada dalam penderitaan, apakah ia ingin berubah atau tidak. Tidak ada yang bisa memutuskan kecuali dirinya sendiri dan keputusan itu bukanlah semata untuk dirinya melainkan tanggungjawab terhadap semua manusia.
Jean Paul Sartre menegaskan; "Ia yang bukan apa-apa, ia tidak akan menjadi apapa sampai ia menjadi hidupnya apa-apa. Manusia adalah manusia itu sendiri. Bukan bahwa ia adalah apa yang ia anggap sebagai dirinya, tapi ia adalah apa yang ia ingini, dan ketika ia menerima dirinya setelah mengada – ketika apa yang ia ingini terwujud setelah meloncat ke dalam eksistensinya". Untuk mewujudkan diri dan keinginananya manusia mesti menyadari empat unsur kekuatan yang dimilikinya. Pertama adalah tubuh secara fisik, kedua adalah perasaan, ketiga adalah energi berpikir yang kuat, keempat adalah spirtualitas. Jika keempat unsur itu diolah dengan baik, dengan sendrinya yang bernama kesempurnaan hidup bisa terwujudkan dan akan membentuk pencitraan diri. Unsur lain yang menggerakan tubuh, perasaan, pikiran dan spiritualitas hingga tercapainya penciraan diri yang ideal adalah imajinasi dan "daya kreatif" manusia itu sendiri.
Manusia kreatif biasanya dapat melihat yang sesuatu yang luput dari dari penglihatan orang lain. Ia melihat kemungkinan dari ketidakmungkinan. Ia dapat menyedehanakan satu hal yang rumit, melihat sesuatu yang samar terlihat, memahami sesuatu yang tidak terpahami. Ia sering kali mengkaji ulang gagasan lama dan menemukan gagasan baru. Meracik kembali informasi dengan penuh kebaruan dan segar.
Kata kreatif di dunia kesenian bukanlah benda asing. Kreativitas menjadi kunci dan tonggak utama dalam mewacanakan kesenian, kerena dengan kreativitas itu terlahir karya-karya seni. Teater sebagai bagian dari khasazanah kesenian eksistensi dan kekuatannya tidak boleh tidak sangatlah tergantung dan ditentukan oleh kreatifitas pelaku-pelakunya. Maka dari itu kita bisa melihat dramawan dan karya besar terlahir di dunia ini, bahkan menjadi inspirator bagi kehidupan manusia itu sendiri. Metode teater tidak saja dijadikan untuk melahirkan karya seni, namun dijadikan pula untuk pengembangan kepribadian, mediator dalam merangsang dan melahirkan kreativitas baru di dunia bisnis, organisasi, kesehatan dan lainnya lagi.
Dengan daya kreatif itu, masyarakat diperluas pandangannya. Paradigma teater tidak sebatas kesenian nyentrik (eksklusif), terkesan tertutup, hiburan semata. Teater menjadi ilmu pengetahuan yang dapat disenirgikan dengan berbagai bidang keilmuan dan bermanfaat bagi segala aspek kehidupan. Dengan daya kreatif itu pula pelaku teater harus lebih arif, mampu membuka diri, bersikap pleksibel (tidak kaku), sehingga teater tidak sekedar pemuas batin saja. Teater berdaya guna meningkatkan sumber penghasilan yang lebih layak dan memberi penghidupan bagi para pelakunya. ***

No comments: