Thursday, January 10, 2008

100 TAHU KEBANGKITAN


100 Tahun Kebangkitan Indonesia
Monolog by Hermana HMT

Diambil dari:
Cuplikan Pembelaan Soekarno dalam Indonesia Menggugat
dan Rangkaian Pidato Lainnya

Saudara-saudara: Pergerakan tentu lahir.
Pergerakan tentu lahir, diberi hak-hak atau tidak diberi hak-hak; diberi pegangan atau tidak diberi pegangan: diberi penguat atau tidak beri penguat, - tiap-tiap mahluk, tiap-tiap umat bangsa tidak boleh tidak, pasti akhirnya bangkit, pasti akhirnya bangun, pasti akhirnya menggerakan tenaganya, kalau ia sudah terlalu sekali merasakan celakanya diri teraniaaya oleh suatu daya angkara murka! Jangankan manusia, jangankan bangsa, - cacing pun tentu bergerak, berkeluget-keluget kalau merasa sakit!
Rakyat Indonesia sekarang sejak 1908 sudah bangkit; nafsu menyelamatkan diri sekarang sejak 1908 sudah menitis juga kepadanya! Imperialisme-modern yang mengawut-ngawut Indonesia itu, imperialisme-modern yang menyebabkan kesengsaraan di mana-mana – imperialime-modern itu sudah menyinggung dan membangkitkan musuh-musuhnya sendiri. Raksasa Indonesia yang tadinya pingsan seolah-olah tidak bernyawa, raksasa Indonesia itu sekarang sudah berdiri tegak dan sudah memasang tenaga! Saban kali ia mendapat hantaman, saban kali ia rebah, tapi saban kali pula ia tegak kembali! Seperti mempunyai kekuatan rahasia, seperti mempunyai kekuatan penghidup, seperti mempunyai aji-pancasona dan aji candrabirawa, ia tidak akan bisa dibunuh dan malah makin lama makin tak terbilang pengikutnya!
Pergerakan rakyat Indonesia bukan bikinan penghasut. Juga sebelum ada penghasut. Udara Indonesia sudah penuh dengan hawa kesedihan merasakan kesengsaraan dan oleh karenanya, penuh pula oleh hawa keinginan menghindarkan diri dari kesengsaraan itu. Sejak berpuluh-puluh tahun udara Indonesia sedah penuh dengan hawa-hawa yang demikian itu. Sejak berpuluh-pluh tahun rakyat Indonesia itu hatinya selalu mengeluh, hatinya selalu menangis menung-nunggu datangnya wahyu yang akan menyalakan api pengharapan didalamnya, menunggu-nunggu datangnya mantram yang bisa memberikan sesuap nasi, sepotong ikan dan sepotong kain kepadanya. Haraplah Saudara-saudara fikirkan. Apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya dan menunggu-nunggu datangnya Ratu Adil, apakah sebabnya prabu Jayabaya sampai hari ini masih terus menjalankan harapan rakyat, apakah sebabnya seringkali kita mendengar bahwa di desa ini atau di desa itu telah mucul seorang Imam Mahdi. Tidak lain tidak bukan ialah oleh karena hati rakyat yang menangis itu, tak henti-hentinya, tak habis-habisnya menunggu-nunggu atau mengharap-harap datangnya pertolongan, sebagaina orang yang berada dalam kegelapan tak henti-hentinya pula sebab jam, sebab menit, sebab detik, menunggu-nunggu dan mengharap-harap: kapan, kapankah matahari terbit?
Prof. Snouck berkata; Sebagaimana sekarang golongan-golongan besar dari bangsa Bumiputra senantiasa bersedia untuk dengan terus terang memihak kepada salah seorang intelektual bangsanya sendiri, yang dirasanya memperjuangkan kepentingannya, meskipun mereka itu belum “matang” untuk mengerti semua teori-teorinya, demikianlah mereka suka mengikuti pemimpin-pemimpin yang menjajinkan kepada mereka kemerdekaan yang bisa diperoleh dengan jalan rahasia dan dengan cara-cara rahasia, atau dengan cara sembunyi mengerahkan tentara untuk perang sabil dengan kaum kafir, bilamana ada kesempan baik. Bahwa perjuangan yang demikian itu sia-sia saja, karena alat-alat untuk membuka jalan sama sekali tidak cukup, mereka tidak mengerti, dan demekianlah mereka menganggap setiap orang yang menjanjanjikan kepada mereka Ratu Adil, atau Mahdi atau pemerintah yang adil, adalah nisbi.
Pergerakan rakyat adalah bikinan kesengsaraan rakyat, pengaruh kami di atas rakyat adalah pula bikinan kesengsaraan rakyat! Kami hanyalah mewujudkan jalan: kami hanyalah mencarikan bagian-bagian yang rata dan datar untuk aliran-aliran yang makin lama makin membanjir itu;- kami hanya menunjukan tempat yang harus dilalui oleh banjir itu, agar banjir itu bisa dengan sempurna mencapai Lautan Keselamatan dan Lautan Kebesaran adanya….
Dari Sabang sampai Meroke. Empat perkataan ini, bukalah satu rangkaian kata-kata ilmu bumi. Dari Sabang sampai Meroke bukanlah sekedar menggambarkan geografi agrif. Ia adalah merupakan satu kesatuan kebangsaan, ia adalah satu pola kesatuan kenagaraan yang bulat dan kuat, ia adalah kesatuan tekad, satu kesatuan idiologi yang amat dinamis, ia adalah kesatuan cita-cita sosial yang hidup laksana api ungun. Karena itu hai seluruh bangsa Indonesia tetap tegakanlah kepalamu, jangan mundur, jangan berhenti, tetap derapkanlah kakimu di muka bumi. Jikalu ada kalanya saudara-saudara merasa bingung, jikalau ada kalanya saudara-saudara hampir berputus asa, jikalau ada kalanya saudara-saudara kurang mengerti jalannya revolusi kita yang memang kadang-kadang seperti bahtera di lautan badai yang mengamuk ini. Kembalilah kepada suber amanat penderitaan rakyat kita. Kembalihah kepada sumber itu sebab saudara-saudara akan menemukan rilnya revolusi.
Saya bicara di sini sebagai pemimpin besar revolusi Indonesia. Saya sekarang tidak terutama sekali berbicara sebagai preseden mandataris, tidak sebagai prersiden perdanamentri, tidak sabagai panglima tertinggi. Saya berbicara di sini sebagai penyambung lidah rakyar Indonesia.
Ayo bangsa Indonesia. Dengan jiwa yang berseri-seri mari berjalan terus, jangan berhenti revolusimu belum selesai. Jangan berhenti sebab siapa yang berhenti akan diseret oleh sejarah dan siapa yang menentang corak dan arahnya sejarah tidak perduli tiada bangsa apapun ia akan digiling, digilas oleh sejarah itu sama sekali. Kita hidup harus makan, yang dimakan hasil kerja, jika tidak kerja tidak makan, jika tidak makan pasti mati. Inilah undang undangnya dunia, inilah undang-undangnya hidup, mau tidak mau semua mahluk harus menerima undang-undang ini. Terimalah undang-undang itu dengan jiwa yang besar dan merdeka, jiwa yang tidak menengadah melainkan kepada Tuhan. Sebab kita tidak bertujuan bernegara hanya satu windu saja, kita bertujuan bernegara seribu windu lamanya. Bernegara buat selama-lamanya. Sekali merdeka tetap merdeka. Merdeka! Merdeka! Merdeka untuk selama-lamanya.

***

2 comments:

Anonymous said...

Hello. This post is likeable, and your blog is very interesting, congratulations :-). I will add in my blogroll =). If possible gives a last there on my site, it is about the CresceNet, I hope you enjoy. The address is http://www.provedorcrescenet.com . A hug.

onoun said...

wawancara dimuat kembali di sini: http://www.onoun.com/?p=10.